[ad_1]
Foto ilustrasi cairan infus via Getty Images
Rasa lelah mendorong mantan perawat di Jepang membunuh tiga pasien lansia pada September 2016.
Ayumi Kubogi, 34 tahun, mengakui telah mencampur cairan infus dengan detergen dalam persidangan yang digelar awal bulan ini di Kota Yokohama. Kantor berita Jepang NHK melansir, Kubogi beralasan meski merawat pasien tugas yang mulia, pekerjaan ini membuatnya “lelah mental dan fisik”. Dia juga telah mempertimbangkan untuk berhenti kerja.
Perempuan tersebut menghadapi hukuman minimal lima tahun penjara hingga seumur hidup atau hukuman mati. Rumah sakit tempatnya bekerja berhenti beroperasi sejak insiden pembunuhan ini terungkap.
Kala itu, kasusnya menyoroti masalah kekurangan perawat di negara yang penduduknya kian menua, penurunan yang terus berlanjut dan kemudian diperparah oleh meningkatnya permintaan akan pelayanan medis selama pandemi.
Penelitian yang diterbitkan kementerian kesehatan Jepang pada 2019 menunjukkan, negara itu berisiko mengalami kekurangan perawat hingga 270.000 orang pada 2025. Pihak berwenang telah mengaitkan kesenjangan jumlah tenaga kesehatan dengan masa hidup yang lebih lama dan tenaga kerja yang menyusut akibat angka kelahiran yang rendah.
Hal ini memperburuk stres yang dirasakan para nakes Jepang. Perawat dan dokter melaporkan mereka mengalami burnout karena terlalu keras bekerja, fenomena yang terjadi secara global dalam dua tahun terakhir.
Dalam persidangan, terdakwa memberi keterangan bahwa dia mengalami gangguan kecemasan tiga tahun setelah memperoleh sertifikat pada 2008. Saat itu, dia merasa gagal karena tak mampu menyelamatkan pasien yang dirawat di rumah sakit lain. Kubogi diberi resep obat tidur untuk mengatasi gejala kecemasan, yang menghantuinya sepanjang berkarier sebagai perawat.
Menurut NHK, dia mengklaim mulai merasa stres setelah diperlakukan dengan buruk oleh keluarga pasien. Kubogi akhirnya pindah ke rumah sakit Yokohama pada 2015, yang mayoritas pasiennya sudah lansia dan sakit parah.
Dua korbannya, berusia 78 dan 88, meninggal setelah perawat lain tak sengaja menyuntikkan cairan infus yang telah dicampur dengan desinfektan oleh Kubogi. Korban ketiga, berusia 88, meninggal di bawah perawatannya langsung.
Kubogi lebih lanjut mengatakan, dia berencana membunuh empat pasien lain pada bulan yang sama. Dia telah memasukkan detergen ke dalam cairan infus. Namun, pada 20 September, ketika korban ketiga meninggal, seorang perawat mendapati gelembung di dalam kantong infus dan sumbat karet infusnya berlubang — menandakan seseorang telah merusaknya. Rekan kerjanya segera melapor polisi, dan Kubogi baru mengakui kejahatannya pada Juni 2018.
Dikutip surat kabar Tokyo Shimbun, terdakwa tidak menyesali perbuatannya sama sekali dan justru “merasa lega”. Hasil pemeriksaan psikologi menunjukkan gejala depresi dan tanda-tanda autisme. Namun, dokter menyebut kondisinya tak bisa dijadikan alasan untuk melakukan pembunuhan.
Putusan akan diberikan setelah persidangan berakhir pada 9 November.
[ad_2]
Source link