Multinewsmagazine.com – Saat acara Debat Pertama Terbuka pada Minggu (03/11/2024) lalu, ada sesi Paslon 02 melemparkan pertanyaan kepada Paslon 01 terkait Gentrifikasi yang sempat ditanyakan dikonfirmasi oleh Paslon 01, tapi tidak ditanggapi oleh Paslon 02, sehingga Paslon 01 salah mengartikan Gentrifikasi menjadi Genderisasi yang akhirnya menjadi bahan ejekan dari Paslon 02 dan kubunya.
Walau Host acara debat sudah memberikan peringatan kepada Paslon 02 agar tidak memberikan pertanyaan yang terminologinya tidak umum dan di luar konteks materi tema debat yang membahas Ekonomi dan Pembangunan yang berkelanjutan, namun publik sudah terlanjur kecewa dengan trik atau cara-cara curang yang dilakukan oleh Paslon 02.
Pengamat Politik UI Cecep Hidayat ikut menanggapi terkait trik Gentrifikasi ala Paslon 02.
“Penggunaan istilah gentrifikasi dalam debat politik, terutama jika istilah tersebut kurang dikenal oleh sebagian besar audiens, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Pertama, tindakan Paslon 02 Supian Suri-Chandra dalam menggunakan istilah tersebut mungkin dimaksudkan untuk menguji pengetahuan atau kesiapan Paslon 01 Imam Budi Hartono-Ririn dalam menghadapi isu-isu urban yang lebih spesifik dan teknis. Ini bisa dianggap sebagai strategi untuk menonjolkan perbedaan kompetensi atau menunjukkan keunggulan intelektual,” katanya kepada awak media multinewsmagazine.com, Jumat (08/11/2024).
Lanjut Cecep Hidayat, “Namun, jika istilah tersebut digunakan dengan tujuan yang kurang etis—misalnya untuk menjebak atau mempermalukan lawan tanpa memberikan ruang klarifikasi yang memadai—maka bisa dipandang sebagai taktik yang kurang fair dalam konteks debat politik. Dalam kasus ini, audiens mungkin menilainya sebagai “trik debat” yang dapat mencerminkan karakter personal maupun karakter tim tersebut, baik dari segi strategi maupun etika politik,” ucapnya.
“Hal lain yang juga perlu dipertimbangkan adalah reaksi pembawa acara yang menyemprit situasi ini. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan istilah yang terlalu teknis atau tidak umum mungkin dianggap tidak sesuai dengan konteks debat yang seharusnya lebih mudah dipahami oleh khalayak luas. Secara keseluruhan, apakah ini mencerminkan karakter Paslon 02 atau tidak, tergantung pada bagaimana tindakan ini dipersepsikan oleh publik dan apakah publik melihatnya sebagai pertanyaan yang sahih dalam rangka debat, atau sebagai taktik menjebak yang disengaja,” pungkas pria yang berprofesi sebagai dosen Politik Fisip UI.
Cecep Hidayat.
Dosen Politik FISIP UI.
Executive Director ISR (Indonesian Strategic Research).