Multinewsmagazine.com –
Menurutnya, di tengah tantangan besar yang dihadapi Indonesia saat ini, mahasiswa memiliki peran strategis sebagai jembatan menuju pencapaian SDGs. Untuk itu, ia menekankan pentingnya inovasi transformatif dalam menciptakan Indonesia yang unggul, adil, dan inklusif. “Poin-poin yang ingin dicapai dalam SGDs sejalan dengan arah kita dalam menuju Indonesia Emas 2045. Untuk itu, kita harus bergerak bersama, karena perubahan dimulai dari kita, dimulai hari ini,” ujar Arifatul.
Kontribusi UI untuk mempercepat pencapaian target SDGs salah satunya melalui penyelenggaraan UI SDGs Summit 2024. Menurut Direktur Kemahasiswaan UI, Dr. Badrul Munir, S.T., M.Eng.Sc., UI SDGs Summit merupakan program Internasional Kemahasiswaan UI yang menjadi wadah penting bagi mahasiswa, ahli, dan pemimpin industri untuk berdiskusi terkait permasalahan global, seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, dan dampak pasca-pandemi Covid-19.
“Di tahun ketiga pelaksanaannya, UI SDGs Summit 2024 mengusung tema “Bridging the Implementation Gap: Ensuring No One Left Behind in Achieving the SDGs” sebagai upaya untuk menjawab tantangan geopolitik dan sosial yang memperlebar kesenjangan implementasi SDGs, terutama di negara berkembang. Melalui acara ini, kami memberikan ruang bagi mahasiswa untuk turut berkontribusi nyata bagi masyarakat dan negara, sekaligus mengembangkan kompetensi diri,” ujar Dr. Badrul.
UI SDGs Summit 2024 menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang untuk berbagi perspektif tentang keberlanjutan dan penguatan peran pemuda dalam pencapaian SDGs. Mereka adalah Manager Pertamina One Solution PT Pertamina Patra Niaga, Frilo Fitrasali Hutagalung; Public Affairs, Communications and Sustainability Director Coca Cola Europacific Partners Indonesia, Lucia Karina; Educational Researcher University of Melbourne, Dr. Andrew Deuchor; serta In-House Legal Counsel Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) sekaligus content creator, Ahmad Dekatama.
Pada kesempatan itu, Frilo menyampaikan masih adanya kesenjangan dalam pencapaian target SDG 13 terkait perubahan iklim secara global. Upaya pengurangan emisi pada 2030 menghadapi kekurangan sebesar 28%. Untuk itu, Lucia menekankan pentingnya pergeseran pendekatan dari mitigasi ke penciptaan nilai berkelanjutan. “Kita perlu menciptakan keseimbangan ekologi dan ekonomi melalui sistem tertutup berbasis hayati, desain preventif dan adaptif, serta integrasi multidisipliner. Sistem ekonomi sirkular dan regeneratif harus menjadi fokus utama untuk memastikan keberlanjutan yang tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” kata Lucia pada ajang yang dilaksanakan 20 November 2024.
Sementara itu, Dr. Andrew menyoroti tantangan komunikasi dan pendidikan berkualitas tentang perubahan iklim. Menurutnya, pendekatan saat ini cenderung tidak menciptakan budaya bertanggung jawab di seluruh komunitas. Penerapan kebijakan pendidikan perubahan iklim masih sporadic dan sering kali hanya berfokus pada fakta ilmiah tanpa menyentuh aspek emosional atau keadilan iklim. “Upaya ini lebih sering terbatas pada pengajaran di kelas daripada pendekatan yang lebih luas, serta bergantung pada individu tertentu untuk memimpin inisiatif tanpa dukungan kebijakan yang memadai,” ujarnya.
Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat untuk mendorong para pemuda menjadi agen perubahan yang tidak hanya mengatasi tantangan global, tetapi juga mengembangkan solusi konkret di masa depan. Kepala Sekretariat Nasional SDGs Kementerian PPN/Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali, STP, M.Sc., Ph.D melihat pentingnya peran pemuda dalam transformasi untuk mencapai target SDGs. Pemuda dapat berkontribusi dalam berbagai inisiatif, seperti pengelolaan limbah elektronik, geopark pemuda, dan edukasi remaja sebagai contoh praktik baik yang dapat direplikasi.