Multinewsmagazine.com –
Kegiatan berupa sumbangsih sosial kepada masyarakat ini mendapat dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Mereka menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan lahan terbatas, sekaligus memberdayakan masyarakat, terutama pemuda.
Lewat pelatihan intensif, para peserta diajarkan cara memanfaatkan barang bekas, seperti galon dan botol plastik, guna keperluan bercocok tanam. Pada kesempatan tersebut diperkenalkan jenis tanaman cepat panen yang belum banyak dimanfaatkan orang, seperti bayam brazil, okra, dan pegagan. Semua jenis tanaman tersebut dikenal kaya nutrisi, juga ekonomis. Selain bercocok tanam, para peserta mendapat penjelasan tentang cara mengolah hasil panen menjadi produk yang bernilai tambah.
“Program ini bukan sekadar pelatihan, tetapi sebuah gerakan untuk menciptakan ketahanan pangan keluarga di Pulau Untung Jawa,” kata Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.Si, M.M., Psikolog, Ketua Klaster Riset SI2PSB SKSG UI.
Para pengabdi berbagi pengetahuan kepada partisipan di pelatihan itu. Dr. Prisca Delima, misalnya, menyampaikan tentang pentingnya produktivitas hijau, sedangkan R.B. Sutarno memandu praktik pertanian tangguh. Yuliana Sujirah melengkapi pelatihan dengan demo pengolahan hasil panen.
Program ini mendapat respons positif dari warga setempat. Hasil panen dan olahan yang dibagikan, ditanggapi langsung dengan pesanan melalui WAG. “Ini pengalaman baru bagi kami. Bukan hanya belajar bertani, tapi kami juga mendapat ide usaha baru,” ujar salah seorang peserta dengan antusias.
Dengan teknologi sederhana seperti tong kompos dan pupuk cair, pelatihan ini membuka jalan bagi pertanian mandiri yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menopang perekonomian keluarga.
Ke depannya nanti, program ini diharapkan mampu meningkatkan gizi masyarakat sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan pangan yang berasal dari luar pulau. Lebih dari itu, hasil pertanian dan olahan berbasis lokal dapat menjadi daya tarik baru bagi pariwisata Pulau Untung Jawa.
“Kami percaya langkah kecil ini akan membawa perubahan besar, bukan hanya untuk ketahanan pangan keluarga tetapi juga untuk keberlanjutan ekonomi dan ekosistem pulau,” tuturnya.