[ad_1]
MultiNewsMagazine.com – Meskipun Organisasi Kelembagaan Kepartaian seperti Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah dibubarkan sejak ditetapkannya masa transisi kepemimpinan rezim Soekarno ke Soeharto melalui ketetapan TAP MPRS No.25 Tahun 1966, menyeruak dipermukaan diakhir-akhir ini.
Pasalnya, Mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Gatot Nurmantyo diduga memainkan isu bahwa TNI telah disusupi oleh PKI sebagai organisasi kepartaian yang telah dilarang sejak rezim orde baru kepemimpinan Soeharto.
Sebelumnya, pada masa rezim Mayjen TNI (Purn) Soeharto, dibuatkanlah Film G30S/PKI yang tayang secara perdana pada 30 September 1985.
Meskipun banyak spekulatif bahwa Bulan September identik dengan Gerakan PKI, melalui tayangan film tersebut ditayangkan di TVRI.
Dan yang aneh meski setiap tahun muncul tetap saja menarik dan ditunggu. Mungkin karena saat itu era 1980, 1990 tidak ada hiburan lain seperti halnya sekarang.
Setelah dewasa, sejujurnya yang membekas selain kekejaman PKI terhadap para Jendral, Film G30S/PKI kala itu juga berusaha kuat memperlihatkan sosok seseorang yang digambarkan sebagai pahlawan atas kekacauan yang ada.
Dan belakangan sosok heroik yang dibenamkan ke benak masyarakat melalui film itu akhirnya menjadi Presiden ke-2 Republik Indonesia dan berkuasa selama 32 tahun lamanya dan tersebutlah nama Soeharto.
Ketika peristiwa G/30S PKI terjadi masih berpangkat Mayor Jendral dan menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Kemudian masyarakat sipil, mahasiswa, dibantu tentara, menggelar berbagai demonstrasi besar-besaran menuntut PKI dibubarkan dan ekonomi diperbaiki. Puncaknya pada 11 Maret 1966. Soeharto yang saat itu menjabat Panglima Angkatan Darat meminta Sukarno memberi kuasa untuk mengatasi keadaan.
Goreng Isu “PKI” Sifatnya Monumental dan Tidak Ilmiah
Permintaan yang dikenal dengan Supersemar (Surat Perintah 11 Maret) itu membuka jalan bagi Soeharto untuk mengambil kekuasaan dari Sukarno. Soeharto muncul sebagai pahlawan.
Ia diduga menumpas PKI dan menjadi presiden. Kekejaman yang sesungguhnya terjadi belakangan: setidaknya 500.000 orang yang dituduh PKI atau simpatisannya, dihabisi di berbagai penjuru Indonesia.
Mantan Jendral (purn) Gatot Nurmantyo diduga lihai memanfaatkan isu bulan September yang seksi, kembali mengingatkan soal PKI. Dan secara terang benderang mengatakan PKI telah menyusup ke tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Dan alasan Jendral (purn) Gatot karena diorama di Museum Makostrad yang ada patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan Nasution beserta 7 pahlawan revolusi sudah hilang. Dan dia menyebut insiden ini lantas membuktikan adanya kemungkinan sudah berkembangnya paham komunis di tubuh TNI.
“Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI,” tutur Gatot.
Bahkan Mantan Panglima Jendral (purn) Gatot Nurmantyo sampai mengatakan berulangkali untuk menegaskan yang ia maksudkan. Tak sampai di sana, untuk meyakinkan audiens webinar ia lantas mengatakan jika sampai mengutus seseorang yang tak mau ia sebutkan untuk memfoto dan membuat video. Dan membuktikan diorama tersebut sudah tak ada.
Membaca dan memperhatikan semangatnya Jendral Gatot dalam memberikan pernyataan jujur saya sampai menghela nafas panjang. Terbersit tanya dalam hati menjadi tanda tanya ada apa dengan mantan Jendral ini.
Disisi lain, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto enggan berpolemik terhadap isu komunis di tubuh TNI hanya kepada keberadaan patung di suatu tempat. Menurutnya, Isu yang tidak ada dasar ilmiahnya. statement Gatot dianggapnya sebagai teguran dari senior kepada yunior.
Jika membaca cara pandang Panglima TNI Hadi Tjahjanto kiranya jauh lebih smart dan tak ada tendensi apa-apa untuk sekedar meraih simpati. Sedang dari Kostrad juga telah membantah pembongkaran patung inisiatif institusi.
Kostrad buka suara soal pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo yang mengaitkan adanya paham komunis di tubuh TNI dengan hilangnya diorama dan patung-patung tokoh militer terdahulu di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat (Jakpus). Kostrad mengatakan inisiatif pembongkaran patung-patung tersebut bukan berasal dari pihaknya.
Melalui Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana dalam keterangan tertulis. Haryanta menerangkan, pada Senin (30/8), mantan Panglima Kostrad (Pangkostrad) Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution menemui Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman. Pertemuan kala itu juga dihadiri Kaskostrad dan Irkostrad.
“Yang bertujuan meminta untuk pembongkaran patung-patung tersebut,” ucap Haryanta.
Haryanta menuturkan Azmyn Yusri Nasution adalah penggagas pembuatan patung-patung tersebut. Pembuatan patung dilakukan kala Azmyn Yusri Nasution menjabat Pangkostrad, sejak 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.
“Bahwa pembongkaran patung-patung tersebut atas keinginan dan ide Letnan Jenderal TNI (purn) Azmyn Yusri Nasution, karena pada saat menjabat Pangkostrad periode (9 Agustus 2011 s/d 13 Maret 2012) beliau yang membuat ide untuk pembuatan patung-patung tersebut,” terang Haryanta.
“Letnan Jenderal TNI (purn) Azmyn Yusri Nasution meminta untuk patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilakan,” sambung Haryanta.
Jika merlihat bulan dan tahun yang disebutkan oleh Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana maka pada masa itu Panglima TNI pada masa Laksamana (purn) Agus Suhartono menjabat 2010 – 2013.
Kemudian digantikan Jendral (purn) Moeldoko menjabat 2013 – 2015 sampai akhirnya dijabat Jendral (purn) Gatot Nurmantyo. Dan seharusnya sebagai Panglima TNI tahu perihal di atas.
Keterangan tertulis di atas kiranya sudah cukup menjelaskan misteri diorama yang hilang. Tapi tetap menarik mengapa Jendral (purn) Gatot Nurmantyo masih mempersoalkan hilangnya diorama tersebut dengan isu PKI di tubuh TNI.
Padahal jika ditarik ke ranah politik resistensi soal isu PKI di era sekarang, menurutnya resistensinya tidak cukup besar jika berharap dapat simpati masyarakat secara luas. Akan tetapi kalau simpati dari kelompok tertentu masih masuk. Sebut saja eks FPI, PA 212 dan yang berafiliasi.
Mantan Panglima Jendral (purn) Gatot Nurmantyo memang salah satu sosok yang cukup mendapat tempat di kelompok tersebut, tujuannya sudah pasti untuk 2024. Sebagai mantan panglima dan memiliki jaringan tentu menjadi salah satu pertimbangan. Kendati nama yang bersangkutan sama sekali tidak masuk dalam bursa capres pilihan konstituen pada lembaga survei.
Bagi saya mantan panglima ini sudah habis, momentum terbaiknya sudah lewat. Dan yang menjadi tanda tanya besar presiden Jokowi justru menarik Jendral (pun) Moeldoko sebagai kepala KSP bukan Jendral (purn) Gatot Nurmantyo.
Praktis ia sama sekali tidak memiliki pengaruh apapun saat ini. Selain menjual nama, tak lebih. Sedang organ yang ia bentuk seperti KAMI juga sama sekali tak dapat tempat di hati rakyat. Partai politik juga tak ada yang tertarik.
Mungkin oleh sebagian dari mereka dianggapnya cacat produksi. Maka oleh Jokowi 4 bulan sebelum masa pergantian panglima di ganti oleh Jendral Hadi Tjahjanto.
Jadi kesimpulannya isu PKI yang Jendral (purn) Gatot Nurmantyo lempar hanya musiman saja, sama sekali tak akan berpengaruh apa-apa.
Dalam waktu singkat juga lenyap. Kadang orang yang pernah di atas panggung dengan sorot lampu gemerlap itu rindu di masa itu. Tapi sayang hanya sebatas kenangan, serupa senja yang berdamai dengan malam.
King Gaudi
[ad_2]
Source link