[ad_1]
MultiNewsMagazine.com – Humor menurut saya, paling manusiawi daripada politik itu sendiri. Untuk itu politik harus membutuhkan humor sebagai kawan dikala janji kampanye tak bisa ditepati.
Kita perlu belajar di negara-negara seperti Italia dan Islandia. Artinya, menghidupkan humor dalam politik di tengah sesaknya narasi yang bombastis dari sang kandidat, kejenuhan maupun wajah kebringasan dalam politik, perlu dilakukan. Gus Dur sudah melakukan hal ini. Lihat saja bagaimana kecerdasannya menanggapi hal-hal yang menegangkan seperti agama dalam balutan humor.
Budaya Indonesia sangat kaya, termasuk teknik humor yang ditanamkan. Begitu pula dengan anak muda yang kaya akan kreativitas. Kreativitas humor perlu digaungkan untuk menurunkan tensi politik yang kian melebar di pemelihan para kandidat.
Kelatahan politik dan efek keseriusan, membuat kita tidak nyaman dalam berdemokrasi. Demokrasi yang syarat dengan kegembiraan dilaburi oleh ketegangan antar anak bangsa yang menuju pada persaingan yang tidak sehat. Ketegangan yang mencederai hubungan bersama, mamantik ego yang berlebihan, bahkan menyulut emosi. Itu tentunya, bukan hakikat demokrasi dalam balutan budaya Indo
Budaya kita selalu menjunjung tinggi etika dan saling menghormati. Kini justru dirampas oleh politik berwajah beringas. Lihat saja hoaks di media sosial tak terbendung lagi. Hoaks yang menyentuh hal-hal yang sentimentil dengan harapan ada respons kegarangan. Apakah kita tidak bisa move on dari riak-riak hoaks dan warna politik yang beringas? Apalagi hal itu tidak menguntungkan dan membuang waktu untuk hal-hal yang tidak substansial.
Humor dan Dramaturgi, Merupakan cara yang baik jika kamu ingin mempraktekkan- Nya sebab dalam politik, tak ada suatu hal yang tidak bisa dilakukan selama menyenangkan semua orang. Orang merasa terhibur, bahagia dan kemudian tertawa sepuasnya. Bahkan, hal yang konyol sekalipun bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat selama itu menghibur. Salam semangat.
Gusti Masrin, GMNI
[ad_2]
Source link