Multinewsmagazine.com – Karya kreatif merupakan perwujudan dari imajinasi dan keterampilan seseorang yang dapat berupa seni rupa, seperti lukisan; patung; gambar; dan seni pertunjukan, seperti tari, teater, hingga film pendek maupun film panjang. Dalam menciptakan sebuah karya kreatif, seseorang dapat mengembangkan sebuah ide yang berbeda dengan karya-karya yang sudah ada.
Adapun, karya kreatif dapat diciptakan melalui cerita yang ditemui seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya, seperti karya film pendek berjudul Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Pengen Dibonceng Ngabers (2023) karya Fazrie Permana, seorang penulis dan sutradara film, yang ditayangkan pada seminar series Vocast Talks program studi (Prodi) Penyiaran Multimedia, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI). Seminar series Vocast Talks bertajuk “Building Personal Experience into Memorable Storytelling” tersebut diadakan di Auditorium Vokasi UI beberapa waktu lalu.
Fazrie menjelaskan bahwa sebuah film dapat dibangun melalui cerita personal yang relevan dengan situasi sosial saat ini. “Dalam sebuah naskah film terdapat tiga babak dan klimaks. Pengembangannya mulai dari isu yang berkembang di masyarakat seperti apa saat ini. Setelah mendapatkan tema besarnya, kita dapat mengembangkan dan observasi latar, serta tokoh tersebut. Kemudian, konflik yang ingin dibangun, tantangan yang dihadapi tokoh tersebut, serta cara penyelesaiannya,” ujar Fazrie.
Dalam film Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Pengen Dibonceng Ngabers, Fazrie mengangkat beberapa isu yang relevan dengan masyarakat. Mulai dari latar tempat di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, karakter utama pria otaku (seseorang yang sangat menyukai budaya populer Jepang), karakter utama wanita Citayam yang sedang viral di TikTok, hingga penggunaan istilah ngabers (istilah gaul yang merujuk pada sekelompok orang yang memanggil orang lain dengan sebutan “ngab”).
Ia menambahkan, “Berbagai aspek yang dekat dengan masyarakat akan menambah poin tambah dari audiens. Mereka akan merasakan pesan yang ingin disampaikan melalui film tersebut sangat personal dan meningkatkan rasa keingintahuan audiens lebih mendalam.” Fazrie memberikan beberapa contoh film yang diangkat dari isu sosial, seperti Lost in Translation (2003) dan Her (2013) tentang hubungan asmara, perceraian, dan kesepian, serta film Minari (2020), Shoplifters (2018), serta Still Walking (2008) tentang keluarga.
Direktur Program Pendidikan Vokasi UI Padang Wicaksono, S.E., Ph.D, mengungkapkan bahwa seminar kali ini memberikan banyak pembelajaran baru bagi peserta dalam mengembangkan sebuah karya kreatif. “Saya berharap agar acara ini dapat menjadi langkah awal bagi banyak peserta yang ingin mengembangkan potensi mereka di industri kreatif, khususnya di dunia film. Saya juga yakin bahwa insan muda yang hadir dapat menjadi sineas yang sukses ke depannya di industri perfilman,” ujar Padang.
Sejumlah karya film pendek Fazrie Permana lainnya adalah Kita Tak Bisa Kemana Mana Lagi (2022), The Inevitable Tiring Situation (2019), dan I Love Manchester United and My Veil (2010).