UI BERSAMA MONASH UNIVERSITY DAN UNIVERSITY OF MELBOURNE KAJI PERAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI DAMPAK KESEHATAN AKIBAT PERUBAHAN IKLIM

UI BERSAMA MONASH UNIVERSITY DAN UNIVERSITY OF MELBOURNE KAJI PERAN PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI DAMPAK KESEHATAN AKIBAT PERUBAHAN IKLIM

Multinewsmagazine.com –  Sebagai pengasuh utama keluarga dan penjaga komunitas, perempuan sering kali menjadi pihak yang paling terdampak dari perubahan iklim. Hal ini dikarenakan peran sentral mereka dalam keluarga dan komunitas. Sebagai pengasuh, perempuan lebih banyak terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan keluarga, mulai dari mengurus anak-anak, merawat orangtua, hingga menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

Selain itu, perempuan di banyak daerah, baik perkotaan maupun pedesaan, sering kali lebih dekat dengan sumber daya alam dan kesejahteraan komunitas mereka. Oleh karena itu, perempuan memiliki potensi besar untuk mempengaruhi kebiasaan sehari-hari yang dapat mengurangi dampak buruk perubahan iklim terhadap kesehatan. Hal ini disampaikan pada diskusi publik sekaligus diseminasi hasil penelitian Tim dari Fakultas Ilmu Keperawatan (UI) Universitas Indonesia (UI) bersama dengan Monash University dan University of Melbourne, secara daring, pada Kamis (6/2).

Penelitian ini merupakan kolaborasi yang telah dilakukan sejak Agustus 2023 dan mendapat dukungan pendanaan dari KONEKSI Research Grant Pilot. Penelitian yang berfokus pada peran perempuan ini diketuai oleh Ns. Suryane Sulistiana Susanti, S.Kep., M.A., PhD, dengan tim peneliti Indonesia yang terdiri dari Ns. Rona Cahyantari Merduaty, S.Kep., M.AdvN.; Ns. Indah Permata Sari, M.Kep., Sp.Kep.Kom.; dan Dessie Wanda, Ph.D. Kolaborasi juga melibatkan A/Prof. Zerina Lokmic-Tomkins, Ph.D dari Monash University serta A/Prof. Ann Borda, Ph.D dari University of Melbourne.

Salah satu temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa perubahan iklim memicu bencana alam, seperti banjir rob, yang merusak lingkungan dan meningkatkan risiko penyakit berbahaya. Banjir rob tak hanya menyebabkan kerusakan fisik, tetapi juga memicu infeksi kulit, demam, gangguan pernapasan, bahkan kelelahan ekstrem. Lebih dari itu, perempuan yang merawat keluarga sering kali harus berjuang lebih keras untuk memastikan kesehatan keluarga mereka setelah bencana, menjadikan mereka kelompok yang paling rentan terhadap dampak kesehatan ini.

Walaupun banyak perempuan sudah memahami pentingnya berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim, seperti melalui penanaman pohon atau pengelolaan limbah, banyak dari mereka yang belum mengetahui langkah-langkah konkret yang bisa mereka lakukan. Hal ini terjadi karena kurangnya panduan teknis yang jelas dari pihak berwenang yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini juga menemukan berbagai solusi efektif untuk mengatasi masalah tersebut, yang diharapkan dapat memperkuat peran perempuan dalam mitigasi dampak kesehatan akibat perubahan iklim, di antaranya pengelolaan limbah yang efisien dan ramah lingkungan; edukasi tentang perubahan iklim dan kesehatan; pelatihan pemberdayaan ekonomi berkelanjutan; dan pelatihan kader kesehatan berbasis siklus kehidupan.

“Langkah-langkah ini dapat memperkuat kapasitas perempuan dalam menghadapi dampak perubahan iklim dan meningkatkan ketahanan keluarga serta komunitas terhadap bencana. Namun, untuk bisa melakukannya, mereka membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah yang harus lebih proaktif dalam memberikan edukasi serta sumber daya yang dibutuhkan,” ujar Ns. Suryane.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa perubahan iklim tidak hanya berdampak pada masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat pedesaan yang sering kali memiliki keterbatasan dalam mengakses informasi dan sumber daya. Banyak bencana seperti banjir rob dan kekeringan yang tidak diidentifikasi dengan baik sebagai akibat dari perubahan iklim.

“Melalui diskusi ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya tindakan kolektif dalam menghadapi perubahan iklim, serta mendorong pemerintah untuk lebih aktif dalam mitigasi dan menyediakan lebih banyak dukungan bagi perempuan untuk menghadapi tantangan besar ini,” kata Ns. Suryane.

Dekan FIK UI, Prof. Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati, S.Kp., MARS, FISQua, CHAE, menyampaikan rasa terima kasih atas kolaborasi antara peneliti Indonesia dan internasional dalam menghadapi isu perubahan iklim global. “Penelitian ini tidak hanya menyoroti dampak langsung perubahan iklim, tetapi juga menunjukkan peran krusial yang dapat dimainkan perempuan dalam mitigasi dampak tersebut. Sebagai profesional kesehatan dan pemimpin dalam masyarakat, sudah menjadi tugas kami untuk memberdayakan perempuan dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan ini dan memastikan kesejahteraan generasi mendatang,” kata Prof. Rr. Tutik.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *