HBS Kritik Pedas Rencana Pembatalan Pembangunan Masjid Agung di Margonda dan Penghapusan Sankem, Khawatir Warga Depok Akan distrust ke Walikota

HBS Kritik Pedas Rencana Pembatalan Pembangunan Masjid Agung di Margonda dan Penghapusan Sankem, Khawatir Warga Depok Akan distrust ke Walikota

Multinewsmagazine.com – Haji Bambang Sutopo (HBS) yang merupakan Politisi Senior PKS menyuarakan keprihatinannya dan melontarkan kritik pedas terhadap Rencana Pembatalan Pembangunan Masjid Agung di Jalan Margonda dan Penghapusan program Santunan Kematian (Sankem) yang telah berjalan selama 20 tahun.

“Saya khawatir kebijakan Walikota Depok yang terkesan buru-buru ini dan tanpa perhitungan yang matang justru akan menjadi rekam jejak yang tidak baik bagi sosok personal Walikota Depok. Karena pembangunan Masjid Agung di Margonda dan bantuan Sankem sangat dirasakan sekali manfaatnya bagi masyarakat Depok,” ucapnya, Rabu (16/7/2025).

Lanjut HBS,”Politik bisa berubah, teman koalisi bisa berganti, tapi menurut saya jangan sampai membatalkan rencana pembangunan Masjid Agung di Margonda yang sudah menjadi keputusan bersama saat itu. Saya khawatir warga Depok akan distrust ke Walikota, karena beliau dulu saat menjabat sebagai Sekda yang mengawal prioritas anggaran itu, masa’ sekarang malah beliau sendiri yang membatalkan, aneh khan …?”

Anggota DPRD Kota Depok asal Dapil Cilodong-Tapos ini juga mengatakan masyarakat pasti akan sangat kecewa atas harapannya untuk memiliki Masjid Agung yang berlokasi di Margonda bila rencana pembatalan itu direalisasikan.

“Jelaslah masyarakat akan sangat kecewa bila pembatalan pembangunan Masjid Agung di Margonda itu terjadi, karena impian dan harapan memiliki Masjid Agung di tengah jalan Margonda sudah tinggal diwujudkan saja alias tinggal dibangun saja, karena anggaran 20 milyar sudah ada,” kata HBS dengan nada keras.

HBS menerangkan bahwa lahan untuk perpindahan Masjid Agung itu sampai saat ini belum ada. Bahkan, anggaran untuk menggeser pembangunannya juga belum ada, karena memang harus dibicarakan terlebih dahulu di Badan Anggaran (Banggar) DPRD Kota Depok.

“Ada rencana di Jalan Juanda tapi lahannya belum ada, dananya juga belum ada, kenapa tidak merealisasikan rencana yang sudah ada, toh anggarannya sudah posisi ready 20 milyar, mau apa lagi ?!secara prioritas, lebih prioritas yang mana, kan gitu. Jangan juga dihilangkan tapi dibangun dulu. Kalau Rumah Didik Anak Istimewah itu kan bisa dianggarkan, dan kita bisa bicara lebih panjang, ya di 2026 lah,” ujarnya.

HBS berharap pembangunan Masjid Agung yang sudah dianggarkan Rp 20 miliar itu terus dilakukan. Hal itu dikarenakan sudah menjadi kebutuhan masyarakat Depok yang selalu kesulitan mencari tempat ibadah di Margonda.

“Ini kan sudah jadi Perda, konsekuensi hukumnya tentu tidak bisa tiba-tiba, harus bicara lagi, harus diputuskan, kan gitu ya. Menurut saya payungin hukum dulu keinginan prioritas Walikota dengan RPJMD. Dan mungkin lebih enaknya, ya bahasa kita lebih nyamannya nanti lah di 2026 sahnya APBD murni ya yang sudah diharapkan. Beliau kan seorang Sekda dulu pasti tau kenapa dimunculkan mata anggaran itu. Selalu alasannya kan prioritas, prioritas yang mana? Lah dulu juga kan diprioritas, seharusnya kan dikerjakan bukan malah tiba-tiba dipindah,” tegas HBS.

Terkait program bantuan Santunan Kematian (Sankem), secara tegas HBS jelaskan warga Depok masih sangat membutuhkan.

“Warga Depok masih sangat membutuhkan program bantuan Sankem. Menurut saya Sankem harus tetap ada dengan cara menambah anggaran. Bicara anggaran, 4,3 triliun APBD Depok, anggarankan bisa dinegosiasi. Sankem itu sangat bermanfaat untuk masyarakat karena sudah hampir 20 tahun dijalankan, ngeri ngeri sedap ini kebijakan Walikota Depok terpilih, pembangunan masjid Agung di Margonda mau digeser, Sankem mau dihapus, ampun dah,” ungkapnya.

Mengakhiri percakapan, HBS memberikan informasi, perkiraan akhir bulan Juli ini Banggar akan membahas terkait perpindahan pembangunan Masjid Agung dan mengenai bantuan Sankem yang menyentuh perubahan APBD. Mungkin pengesahannya awal bulan Agustus.

“Yang sejati dari kepemimpinan seorang Walikota adalah saat kita mampu merangkul mereka yang berbeda pilihan, dan menggerakkan semua potensi demi kebaikan bersama. Kota ini milik semua, bukan milik yang menang saja. Maka jangan jadikan kemenangan sebagai pagar, tapi sebagai jembatan menuju persatuan dan kemajuan kota. Memenangkan pilkada itu pencapaian. Tapi menyatukan hati warga kota untuk bergerak bersama adalah peradaban,” pungkas HBS.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *