Lelaki Jepang Bunuh Sembilan Kenalan di Twitter, Mengaku Bantu Mereka Bunuh Diri

Lelaki Jepang Bunuh Sembilan Kenalan di Twitter, Mengaku Bantu Mereka Bunuh Diri

[ad_1]

Kasus pembunuh Twitter di Jepang Takahiro Shiraishi terancam hukuman mati

Polisi menggelar olah TKP di apartemen lelaki Jepang di Kota Zawa, Kanagawa, yang membunuh 9 kenalannya di Twitter.  Foto oleh Stringer via AFP

Seorang lelaki Jepang kini menjalani pengadilan yang ramai disorot media massa. Dia dijuluki “pembunuh Twitter”, setelah mengakui telah mencabut nyawa sembilan orang yang baru dia kenal lewat jejaring sosial tersebut.

Ratusan orang, yang tertarik mengikuti kasus ini, sampai mengantre di luar gedung pengadilan Prefektur Kanagawa pada Rabu (30/9) lalu, supaya bisa masuk ruang sidang mengingat kursi terbatas. Terdakwa pelaku, bernama Takahiro Shiraishi, terancam hukuman mati akibat perbuatannya.

Lelaki 29 tahun itu menurut jaksa sengaja memancing mutualnya di Twitter untuk datang ke rumah, membunuh mereka, lalu meyimpan sebagian jasad korban di tumpukan makanan kucing. Korban terdiri atas lelaki maupun perempuan, yang termuda berusia 15 tahun, sementara korban tertua 26 tahun.

Dalam sidang perdana ini, pengacara pelaku meminta ancaman hukuman dikurangi, seperti dilaporkan NHK. Alasannya, Shiraishi mengidap gangguan jiwa, serta semua korban sejak awal sudah punya keinginan bunuh diri. Mereka ingin mati dan kliennya sekadar membantu mewujudkan keinginan tersebut. Berbekal alasan itu, pengacara berharap tuntutan yang dipakai adalah “euthanasia tanpa izin”, dengan hukuman maksimal penjara tujuh tahun.

Jaksa berkeyakinan lain, kalau Shiraishi aktif meyakinkan semua korban agar mati saja, sehingga ada unsur manipulasi emosional yang dilakukan pelaku.

Shiraishi ditangkap tiga tahun lalu, setelah polisi menemukan 240 tulang manusia di berbagai sudut rumahanya, termasuk dalam kulkas, sebagian ditutupi dengan pakan kucing. Aparat mencurigainya, setelah merespons jejak laporan orang hilang dari keluarga korban.

Polisi mendapat petunjuk dari cuitan salah satu satu korban, yang berusia 23 tahun, ketika bicara keinginan bunuh diri di Twitter. Korban sering berbalas mention dengan Shiraishi, membicarakan kemungkinan bunuh diri. Dari sana aparat lantas melakukan penyelidikan ke apartemen pelaku, dan menemukan fakta mengejutkan tersebut.

Jaksa juga menampik alasan pengacara, kalau semua pembunuhan ini hanya upaya membantu korban bunuh diri. Sebab, olah TKP menunjukkan salah satu korban berkelamin perempuan dicekik dan diperkosa oleh Shiraishi. Pelaku diyakini tidak akan berhenti membunuh kenalan Twitter, seandainya polisi terlambat menangkapnya.

Kasus ini sekaligus membuat banyak orang kembali membicarakan isu kesehatan mental di Jepang. Negeri Sakura memiliki angka kematian bunuh diri tertinggi sedunia. Sepanjang 2019, tercatat nyaris 20 ribu orang Jepang mengakhiri hidupnya sendiri atas beragam alasan.

[ad_2]

Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *