Multinewsmagazine.com – Perawakan pendek atau short stature telah menjadi isu global yang signifikan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2021 menunjukkan bahwa 24,4 persen anak Indonesia mengalami tubuh pendek. Kondisi ini didefinisikan sebagai suatu tinggi badan di bawah persentil 3 kurva pertumbuhan sesuai usia dan jenis kelamin.
Anak dengan perawakan pendek menghadapi berbagai tantangan saat dewasa, seperti kesulitan mengendarai kendaraan dan kemungkinan kurangnya kesempatan kerja. Stigma “taller is better” dapat memengaruhi perkembangan psikososial anak perawakan pendek. Short stature bukanlah diagnosa akhir, tetapi langkah awal apakah kondisi tersebut disebabkan oleh patologis (kelainan) atau fisiologis (alami).
Berangkat dari hal tersebut, Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (FKUI)-Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) bekerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas melakukan kegiatan edukasi yang bertajuk “Optimalisasi Kualitas Hidup Pada Anak Pendek” di SDN 01 Depok Kecamatan Pancoran Mas, kota Depok Jawa Barat pada tanggal 22 Juni 2024.
Ketua Pengmas FKUI, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) mengatakan pentingnya meningkatkan kesadaran para guru di sekolah tentang pemantauan pertumbuhan, khususnya tinggi badan anak, agar masalah psikososial yang mungkin timbul dapat dideteksi dan diintervensi lebih dini. “Diharapkan anak dengan perawakan pendek tetap memiliki kualitas hidup baik, dapat beraktivitas baik, kreatif, tidak memiliki masalah emosi, sosial,” ujar Prof. Rini.
Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman berbasis ilmu pengetahuan dengan bukti ilmiah agar masyarakat semakin sadar akan risiko yang dapat dihadapi anak dengan perawakan pendek. Apabila lingkungan terutama di sekolah tidak inklusif, dapat memperburuk masalah psikososial anak perawakan pendek, meningkatkan risiko masalah kesehatan mental, dan menurunkan kualitas hidup mereka di masa depan.
Kegiatan pengmas terdiri dari tiga sesi, sesi pertama penyuluhan yang membahas masalah kesehatan anak perawakan pendek dari sisi medis, dengan narasumber dr. Huminsa Ranto Morison Panjaitan, SpA. Ia memaparkan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak yang secara rutin dapat dilakukan melalui pengukuran panjang/tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. “Kami juga memberikan edukasi pada guru di sekolah bagaimana cara mengukur tinggi badan anak dengan benar sehingga sekolah dapat mengetahui status kesehatan anak didiknya,” ujar dr. Huminsa.
Pada sesi kedua, dilakukan pengukuran antropometri untuk mengetahui status antropometri dan prevalensi perawakan pendek siswa SDN 01 Depok oleh dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Kesehatan Anak, dan mahasiswa FKUI. Kemudian, pada sesi ketiga dilanjutkan dengan deteksi dini masalah psikososial siswa SDN 01 Depok melalui pengisian formulir kuesioner PedsQL yang dipandu oleh dokter PPDS IKA dan mahasiswa FKUI. Peserta diajak mengisi formulir yang berisi pertanyaan tentang perilaku yang berisiko menjadi masalah psikososial. Hasil sesi ini diharapkan memberikan gambaran masalah psikososial yang terjadi di SDN 01 Depok dan korelasinya dengan status antropometri masing-masing anak.
Kegiatan ini juga didukung oleh PT. Frisian Flag Indonesia, PT. Kalbe Morinaga, dan PT. Soho. Di akhir kegiatan dilakukan pembagian bingkisan berupa susu, suplemen kesehatan, dan roti kepada para murid. Kepala Sekolah SDN 01 Depok, Arwin Rangkuti, S.Pd., M.M. menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini. “Kami merasa sangat antusias, baru kali ini SDN 01 Depok mendapat kehadiran dari tim kesehatan, terutama dari FKUI, untuk program pengabdian masyarakat. Kami sangat berterima kasih kepada FKUI atas kehormatan yang diberikan kepada sekolah kami. Kami berharap hasilnya nanti dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan anak-anak kami.”