Disabilitas Visual Tak Halangi Cita-Cita Wisudawan UI Nur Fauzi Kejar Impian Jadi Pakar Hukum Internasional

Disabilitas Visual Tak Halangi Cita-Cita Wisudawan UI Nur Fauzi Kejar Impian Jadi Pakar Hukum Internasional

 

Multinewsmagazine.com – “Sejak kecil, saya rutin melakukan pemeriksaan ke dokter mata karena menderita katarak kongenital. Melihat bagaimana para dokter bekerja, muncul keinginan dalam diri untuk menjadi dokter. Akan tetapi, kondisi memaksa saya untuk mengubur mimpi itu karena penglihatan terus menurun dan di usia 15 tahun, saya tuna netra total,” ujar Nur Fauzi Ramadhan saat mengikuti Wisuda Universitas Indonesia (UI) Semester Genap 2023/2024 di Balairung UI Kampus Depok, pada Sabtu (24/8).

Meski cita-citanya untuk menjadi dokter harus kandas, Nur Fauzi tidak pupus harapan untuk memperoleh pendidikan terbaik di negeri ini. Ia mempelajari ilmu hukum terkait advokasi, yang mencakup kebijakan, hak masyarakat rentan seperti disabilitas, serta perkara pengadilan, di Program Sarjana Ilmu Hukum, Fakultas Hukum (FH) UI. Ia memilih FHUI karena menurutnya fakultas ini telah menghasilkan embrio-embrio juris, policy makers, ataupun tokoh berpengaruh di dunia.

“Bagi saya yang memiliki disabilitas visual, berkesempatan belajar di FHUI merupakan peluang yang sangat baik. Selama menempuh pendidikan di sini, saya dilatih berpikir kritis, bertanggung jawab, dan peka terhadap fenomena sekitar, terutama terkait hukum dan kebijakan. Selain itu, teman-teman mahasiswa sangat kooperatif dan dengan senang hati membantu apabila saya ada kesulitan. Para dosen juga memberikan peluang yang sama bagi saya untuk berkembang tanpa membedakan status disabilitas,” kata Nur Fauzi.

Selama belajar di FHUI, ia mengaku tidak hanya belajar mengenai hukum, tetapi juga bagaimana berempati, peka, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar, bangsa, dan negara. Pengalaman berdialektika di kelas, bertemu langsung dengan tokoh bangsa, serta terlibat pada aktivitas lainnya—seperti advokasi kebijakan untuk penyandang disabilitas—juga dirasakannya saat menempuh pendidikan. Selain kegiatan akademik, ia juga menjadi peserta terpilih di Sekolah Staf Presiden 2023 oleh Kantor Staf Presiden dan delegasi Indonesia untuk Asian Blind Youth Summit di Manila, Philippines, Desember 2023.

Seluruh upaya tersebut kini membuahkan hasil. Nur Fauzi dinyatakan lulus dari UI dengan predikat cumlaude dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,65. Ia mengatakan, “Saya merasa bangga dan terhormat menjadi salah satu lulusan FHUI. Semoga bisa menginspirasi, terutama teman-teman penyandang disabilitas yang memiliki cita-cita mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Saya juga ingin berterima kasih kepada semua yang membantu dan mendoakan saya, mulai dari mamah dan ayah, keluarga, dosen, serta teman-teman semua.”

Ke depannya, ia berharap bisa menjadi pakar hukum disabilitas yang diakui secara internasional. Pergerakan kesetaraan akan hak-hak penyandang disabilitas perlu mendapat perhatian, terutama hukum disabilitas yang berhubungan perubahan zaman, seperti perkembangan transportasi dan artificial intelligence (AI). Untuk itu, Indonesia perlu membangun relasi dengan policy makers, orang atau lembaga penyandang disabilitas, serta tokoh nasional dan internasional yang memiliki dedikasi terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas.

“Saya berharap UI tetap menjadi lembaga pendidikan kelas dunia yang menghasilkan insan-insan terbaik bangsa yang menginspirasi dan membawa Indonesia menjadi lebih baik. Semoga kesempatan belajar dan mengembangkan diri bagi para disabilitas tetap terbuka, dan UI bisa menjadi kampus percontohan dalam kedua hal itu baik secara nasional maupun internasional,” kata Nur Fauzi.

Nurlailah, ibunda Nur Fauzi yang hadir mendampingi, menyampaikan rasa bahagianya atas prestasi yang diraih anaknya. Menurutnya, seluruh capaian sang anak merupakan buah dari perjuangan yang panjang. “Saya selalu bilang ke Fauzi, kamu jangan menyerah, kamu harus bisa. Di balik kekurangan, pasti ada kelebihan. Semua yang ada di sekeliling kamu hanya bisa mendukung, tetapi yang menentukan adalah dirimu sendiri,” ujarnya.

Motivasi dan doa yang terus dipanjatkannya untuk sang anak kini berbuah manis. Ia berharap capaian yang diraih Nur Fauzi dapat menginspirasi para difabel lainnya untuk turut berkarya dan berkontribusi bagi bangsa. “Bagi orang tua yang memiliki putra-putri difabel, tolonglah, kalau bukan kita orang tuanya, siapa yang akan mendukung anak-anak kita. Mudah-mudahan ke depannya difabel lebih diperhatikan lagi dan tidak dipandang sebelah mata,” kata Nurlailah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *