45 Tahun Ayodya Pala, Menembus Batas, Merajut Tradisi dalam Dinamika Industri Kreatif, Berharap Pemkot Depok bisa menjadikan Depok sebagai Kota Budaya

45 Tahun Ayodya Pala, Menembus Batas, Merajut Tradisi dalam Dinamika Industri Kreatif, Berharap Pemkot Depok bisa menjadikan Depok sebagai Kota Budaya

Multinewsmagazine.com – Di tahun 1980 saat banyak bentuk seni tradisional mulai kehilangan tempat di hati generasi muda, saat itulah Ayodya Pala didirikan sebagai bentuk kepedulian untuk melestarikan, membina, dan menghidupkan kembali seni tari, musik, dan budaya Nusantara agar tidak punah tergerus zaman. Awal berdirinya sanggar ini menjadi tempat untuk mendidik dan melatih generasi baru seniman muda, agar keahlian seni tari dan pertunjukan tradisional tetap diwariskan secara otentik, profesional, dan berkesinambungan.

Saat ini melalui berbagai program pelatihan, pementasan, dan festival, berdirinya Ayodya Pala lebih untuk menumbuhkan apresiasi masyarakat umum terhadap kekayaan budaya bangsa, serta memperkenalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam seni tradisi. Selain melestarikan, sanggar ini juga dibangun untuk memberikan ruang bagi seniman muda untuk berkreasi dan berinovasi, mengembangkan bentuk-bentuk baru yang tetap berakar pada nilai budaya Indonesia. Sejak awal, pendirian Ayodya Pala juga memandang penting peran seni pertunjukan sebagai duta budaya, memperkenalkan identitas Indonesia ke dunia internasional melalui pementasan, festival, dan kerja sama antarnegara.

Bersamaan dengan HUT Kota Depok yang ke-26 tahun, Sanggar Ayodya Pala juga merayakan HUT yang ke-45 tahun dengan mengusung tema,”45 Tahun Ayodya Pala: Menembus Batas, Merajut Tradisi dalam Dinamika Industri Kreatif” pada Minggu (27/4/2025) di Pesona Square Mall yang dihadiri oleh Walikota Depok Supian Suri.

Selaku Wakil Ketua Yayasan Ayodya Pala, Denta Mandra Pradipta yang juga anak pertama dari Pendiri Ayodya Pala, Baas Cihno Sueko dan Budi Agustinah memberi penjelasan terkait tema “Menembus Batas, Merajut Tradisi dalam Dinamika Industri Kreatif”.

“Selama 45 tahun, Ayodya Pala telah membuktikan bahwa warisan budaya dapat bertransformasi tanpa kehilangan jati diri. Melalui perjalanan panjang ini, Ayodya Pala bukan hanya melestarikan seni tradisi, tapi juga menembus batas-batas konvensional dengan beradaptasi terhadap perkembangan zaman — termasuk di tengah ledakan industri kreatif saat ini. Dalam era industri kreatif 5.0, di mana inovasi, teknologi, dan nilai budaya menjadi fondasi ekonomi baru, Ayodya Pala hadir sebagai contoh bagaimana seni pertunjukan tradisional bisa dikemas ulang menjadi produk kreatif: lewat kolaborasi lintas disiplin, pemanfaatan media digital, hingga ekspansi ke panggung global. “Menembus Batas” mencerminkan semangat untuk terus relevan — mengolah tradisi menjadi inspirasi modern, menyatukan nilai-nilai luhur dengan ekspresi baru, dan memperluas pengaruh budaya Indonesia di kancah internasional,” jelas Denta kepada awak media multinewsmagazine.com, Senin (29/4/2025).

Dengan jumlah 3000-an siswa dan jumlah sanggar ada 42, Ayodya Pala terus bertekad kuat untuk menepis segala kendala yang dihadapinya. Beberapa kendala yang sering dihadapi saat ini terkait ketertarikan generasi muda terhadap seni tradisi tidak sebesar dulu. Mereka lebih tertarik dengan budaya populer modern, sehingga merekrut murid yang benar-benar berkomitmen belajar seni tradisi menjadi sangat sulit. Tidak mudah menemukan tempat latihan yang layak. Ruang untuk latihan seni membutuhkan spesifikasi tertentu (seperti lantai khusus, akustik, ruang penyimpanan kostum), sementara biaya pembangunan atau sewa ruang sangat tinggi.

“Ada anggapan bahwa seni tradisional itu “kuno”, “tidak menjanjikan masa depan”, atau “hanya hobi, bukan profesi”. Hal ini membuat banyak pihak ragu mendukung atau menganggap remeh pentingnya pendirian sanggar seni. Tidak semua seniman tradisi saat ini siap menjadi pengajar. Mendidik bukan hanya soal keterampilan, tapi juga metode, disiplin, dan mampu mentransfer nilai-nilai budaya kepada murid,” ungkap Denta

Di HUT Kota Depok yang 26 Tahun, Ayodya Pala menghimbau agar  Pihak Pemkot Depok memberikan dukungan nyata dalam bentuk fasilitas, program, serta pembiayaan untuk kegiatan seni tradisional dan kontemporer di Depok, Menghimbau agar seni budaya lokal menjadi bagian dari kurikulum sekolah di Depok, baik melalui ekstrakurikuler maupun kolaborasi dengan sanggar seni, Mendorong Pemkot membuat program-program yang menghubungkan seniman dengan dunia usaha, pariwisata, dan teknologi agar karya seni juga bisa menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan.

“Dan harapan kami, Pemkot Depok bisa menjadikan Depok sebagai Kota Budaya, Tidak hanya unggul di bidang pendidikan saja, Depok juga diharapkan bisa menjadi contoh kota yang melindungi, membina, dan mengembangkan warisan seni budayanya, Membangun Generasi Penerus yang Cinta Budaya, Dengan dukungan pemerintah, diharapkan tumbuh generasi muda yang bangga, mengenal, dan aktif dalam menjaga seni dan tradisi Nusantara, serta dapat mewujudkan Ekosistem Seni yang Sehat dan Berkelanjutan. Harapannya, Pemkot mampu mengembangkan sistem yang melibatkan pemerintah, komunitas, dunia usaha, dan masyarakat umum untuk bersama-sama membangun kehidupan seni yang kuat di Depok,” pungkas Denta.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *