Telegraf, Jakarta – Jika negara memanggil yah harus pulang, lantas siapa yang akan membangun bangsa ini kalau bukan kita semua, ungkap BJ. Habibie saat menjadi tamu kenghormatan dalam pembukaan pameran dan Talkshow Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) di Jakarta.
Sebagai alumni FTUI Habibie berpesan “tidak ada alasan bagi kita untuk merasa minder, kurang dari pada orang lain, jadikan mereka perangsang supaya jika anda dimanapun anda berada tidak kalah dengan mereka, semua sama.”
Habibie juga menjelaskan dalam proses pembudayaan harus ada nilai nilai prilaku yang berakal pada proses pembudayaan yang menghasilkan nilai nilai iman dan takwa yang tinggi, tak hanya itu iman dan ahlak tinggi jika tidak mampu dan mengerti ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup, apalagi maju.
Untuk mewujudkan semua itu maka harus ada proses Pendidikan, di dalam proses inilah Habibie mengatakan manusia bisa menguasai atau mengerti apa yang namanya teknologi, dengan teknologi inilah manusia bisa mengklaim membuat computer, bisa membuat mobil, dan ini semua tidak mungkin.
“Tidak mungkin karena semua itu multi disiplin kita harus bisa mempersatukan dan meningkatan nilai tambah, untuk hal itu di butuhkan proses pemberdayaan pendidikan dan lapangan kerja, lapangan kerja itulah ada tempat dimana anda menjadi unggul,” tutur mantan Presiden Republik Indonesia ke-3, Sabtu (28/10/17).
Sebagai penghargaan atas dedikasinya dalan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia dengan perakitan pesawat BJ. Habibie mendapat penganugerahan “Lifetime Engineering Dedication Award”
FTUI untuk Negeri
Pemerintahan yang saat ini sedang terfokus pada pembangunan infrastruktur untuk pemerataan pembangunan, dalam pelaksanaannya pemerintah membutuhkan puluhan ribu tenaga ahli, tekni FT UI dipangung utama akan terdapat Talkshow yang selama 3 hari kedepan yaitu 27-29 Oktober mendatang.
Seperti yang disampaikan oleh “Persatuan Insinyur Indonesia” (PII), sektor infrastruktur akan menjadi serapan yang tinggi dimana untuk mendukung kelancaran infrastruktur maka menurut PPI, pembangunan infrastruktur di berbagai kawasan di Indonesia hingga tahun 2019 akan membutuhkan sedikitnya 82 ribu insinyur, sementara tenaga ahli yang tersedia saat ini hanya sebanyak 20 ribu orang.
Salah satu contoh megaproyek pembangkit 35 ribu MW dan ribuan km jalan, puluhan bandara dan pelabuhan baru. Proyek ini diharapkan bisa menjadi sarana pengembangan kapasitas bagi bangsa Indonesia untuk bisa bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Ditemui di tempat yang sama Menristekdikti Muhammad Natsir mengatakan kurang percaya diri merupakan hambatan utama yang telah di telorkan FTUI jarang sampai kemasyarakat dan untuk hari ini FTUI menunjukan rasa percaya diri dengan mau keluar kandang untuk mendorong dan memasayaraktakan hasil hasil penelitiannya disini sekarang. (nn)
Credit Photo:Atti Kurnia/telegraf.co.id