[ad_1]
PROKLAMATOR – Kongres PA GMNI kali ini berlangsung dalam suasana prihatin akibat pandemic panjang Covid-19. Namun kita semua tahu bahwa tantangan-tantangan besar menanti bila pandemic berlalu. Tanpa pandemi dunia memang tengah bergerak menuju tatanan perekonomian baru yang lebih didominasi teknologi digital. Semoga tantangan itu mendapat perhatian serius karena posisi kaum pejuang pemikir kelak akan ditentukan oleh kecerdikan mereka menyambut perubahan itu.
Perubahan dunia oleh kemajuan-kemajuan teknologi digital amat terasa saat ini. Kehidupan manusia pun berada dalam sebuah transformasi menuju tatanan sosial ekonomi baru. Hal itu terus berjalan kendati pademi melanda. Alih-alih surut oleh kelesuan ekonomi, teknologi digital malah mendorong kecepatan inovasi-inovasi baru setidaknya pada sector kesehatan.
Lantas bagaimana pada masa pasca pandemic? Barangkali kecepatan perubahan makin tinggi setelah agak lama terkendala. Inilah soal penting yang perlu dicermati oleh kongres kali ini. Bagaimanapun pemilik modal yang menguasai teknologi akan tetap meraih manfaat paling besar. Sudah menjadi tugas para pejuang pemikir agar setidaknya orang-orang Marhein tidak menjadi kian terpingggirkan oleh perkembangan itu.
Kalau kita telisik sejumlah perusahaan start-up besar yang lahir, tumbuh dan berkembang mula-mula lahir dari ide kreatif anak bangsa. Pada perkembangannya mereka butuh suntikan modal agar usahanya berkembang. Ini merupakan undangan bagi pemilik modal untuk ikut serta. Setelah itu perusahaan pun berkembang dengan keuntungan berlimpah.
Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar serta kekayaan alam melimpah akan selalu mengundang pesona. Studi yang dilakukan oleh Google dimana internet ekonomi Indonesia diperkirakan baru mencapai USD 27 milliar di tahun 2018 bakal bertumbuh hingga mencapai USD 100 milliar di 2025. Ini bukti bahwa kita para pejuang pemikir tak boleh lengah.
Transformasi Besar
Pada sisi lain, Pemerintah Indonesia berusaha mempercepat transformasi digital dengan mengambil berbagai langkah. Salah satunya adalah mengkosilidasikan 2700 pusat-pusat data. Klaim atas hasil langkah ini adalah penghematan penggunaan dana sebesar Rp 8.1 trilion. Konsilidasi juga dilakukan atas 27.400 aplikasi instansi pemerintah sebesar Rp 2,7 triliun per tahun serta penghematan biaya pengembangan aplikasi yang dilakukan pemerintah daerah yang diperkirakan hingga Rp 12 triliun.
Pegeseran teknologi yang tengah berlangsung memang dahsyat. Semoga saja langkah pemerintah berhasil sehingga akan terbuka ruang fiscal yang longgar dan kita bisa menggunakannya untuk pembiayaan berbagai kebutuhan penting lain.
Apa yang dilakukan itu hanya satu sisi dari transformasi teknologi sesungguhnya. Sesuatu yang lebih besar tengah terjadi dan kita menjadi bagian di dalamnya. Sebagai pejuang pemikir akankah kita pasrah dalam proses menuju peradaban baru itu? Atau ikut mewarnainya lebih dari sekedar mendapatkan porsi terbanyak dari 17 juta lapangan kerja, sebagaimana diperkirakan Bappenas, di tahun 2025 mendatang. Ingatllah 100 tahun kemerdekaan Indonesia tak terlalu lama lagi akan datang.
Oleh: Donny Iswandono, Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), senior jurnalist dan social worker.
[ad_2]
Source link