[ad_1]
Hatice Cengiz, tunangan Jamal Khashoggi, mengatakan film berjudul “The Dissident” dibuat untuk melanjutkan perjuangan untuk menuntut keadilan bagi jurnalis itu.
“Pada peringatan dua tahun (wafatnya Khashoggi) saya berada disini di Zurich, dalam festival film ini, dan pesan kami sangat jelas dan sederhana. Saya pikir pesan dalam film ini adalah kami akan mencari keadilan selamanya dan saya akan berusaha. Saya akan terus melanjutkannya,” ujar Cengiz.
Jamal Khashoggi terakhir kali terlihat memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada Oktober 2018 ketika dia hendak mengambil dokumen-dokumen untuk rencana pernikahannya dengan Cengiz.
Mayat Khashoggi dilaporkan dimutilasi dan dipindah dari gedung konsulat Saudi dan jenazahnya belum ditemukan.
Pembunuhan itu menyebabkan kemarahan global dan mencoreng citra reformis Pangeran Mohammad Bin Salman, penguasa de facto Arab Saudi dan putra Raja Salman.
Cengiz bekerja sama dengan sineas pemenang Oscar, Bryan Fogel, untuk membuat “The Dissident”. Karya-karya Fogel sebelumnya termasuk “Icarus” yang meraih banyak pujian dari kritikus film.
“Perjalanan yang panjang yang kami jalani dan akhirnya saya bahagia karena saya lebih optimistis dari sebelumnya. Dia (Fogel) membuat sebuah film dan otobiografi yang luar biasa. Saya merasa sedikit kesedihan, tapi penuh harapan demi masa depan,” ujar Cengiz.
Fogel merasa dia merasa terdorong untuk menceritakan kisah kematian Khasogghi.
“Saya syok, takut, dan sangat marah karena hal semacam ini terjadi di dunia kita, di planet kita, dan bahwa manusia seharusnya tidak boleh memperlakukan manusia lain seperti itu,” ujar Fogel.
“Dan saya merasa tanggung jawab, yaitu apabila saya bisa menceritakannya maka saya akan menceritakannya, karena apabila kita tidak bisa memberi penerangan pada sudut dunia yang gelap, maka mereka akan terus hidup dalam kegelapan.”
Sutradara AS itu juga mengatakan dampak emosional dalam membuat film itu terkadang membuat dirinya dan Cengiz menangis.
“Ada hari-hari dimana kami hanya menangis. Ini merupakan film yang sangat sulit, sangat emosional untuk dibuat,” tutur Fogel.
Sebuah pengadilan Saudi memenjara delapan orang dengan hukuman antara tujuh dan 20 tahun atas pembunuhan itu. Persidangan itu menuai kritikan dari seorang penyelidik PBB dan dari para aktivis HAM yang mengatakan otak di balik pembunuhan itu tetap bebas. [vm/jm]
[ad_2]
Source link