[ad_1]
Marissa Hutabarat terpilih menjadi hakim dalam pemilu lokal di kota New Orleans tanggal 15 Agustus 2020 lalu, setelah mengalahkan pesaingnya yang juga dari Partai Demokrat. “Mimpi jadi kenyataan,” begitu ungkap Marissa ketika diwawancara VOA baru-baru ini di New Orleans.
Marissa sebelumnya adalah seorang pengacara cedera pribadi (personal injury attorney), dan terbiasa membantu orang-orang yang cedera, misalnya akibat kelalaian perusahaan-perusahaan farmasi besar, atau kasus-kasus terkait rokok. Bagi Marissa, pengalamannya sebagai pengacara sangat membantu dirinya memahami sudut pandang orang-orang yang mengajukan kasusnya di pengadilan. Sehingga kini sebagai hakim, ia memastikan agar orang-orang yang hadir di pengadilan, merasa diterima, dihormati dan merasa bahwa suara mereka didengar oleh hakim yang adil dan tidak memihak.
“Opung saya ajari Bahasa Batak”
Darah Indonesia Marissa mengalir dari ayahnya, sementara dari ibunya mengalir darah Tionghoa dan Thailand. Meski lahir dan besar di Amerika dan belum pernah ke Indonesia, Marissa mengaku bangga sebagai orang Indonesia. Sejak kecil, ia dibesarkan dengan nilai-nilai budaya Indonesia di mana keluarga dianggap penting. Neneknya ikut membantu membesarkan dirinya karena kedua orang tuanya bekerja penuh waktu ketika ia kecil, dan ketika besar, ia gantian ikut memjaga adik-adiknya agar orang tuanya tetap bisa menekuni profesi mereka.
Meski tidak bisa berbahasa Indonesia, ia berencana untuk segera belajar. “Paling tidak cukup untuk bisa mengerti,” ujarnya. Ia juga mengaku diajari Bahasa Batak oleh opungnya.
Banjir ucapan selamat dari Indonesia
Setelah berita keberhasilan Marissa menjadi hakim beredar, ia mengaku dibanjiri ucapan selamat dari orang-orang yang bahkan tidak ia kenal. “Mereka menghubungi saya lewat Facebook, Instagram, bahkan lewat Twitter, meskipun saya tidak punya akun Twitter,” kata Marissa. “Rasanya luar biasa sekali menerima ucapan selamat dari orang-orang Indonesia yang tidak kenal saya. Dan ini membuat saya jadi semakin bangga jadi orang Indonesia. Dan saya bersyukur saya orang Indonesia,” tambahnya.
Tak hanya membuat bangga orang Indonesia di tanah air, keberhasilan Marissa menjadi hakim ini merupakan kebanggaan diaspora Indonesia di Amerika. Herry Utomo, Presiden Indonesian Diaspora United Network mengatakan, “Kita perlu Marissa Marissa yang lain dari diaspora Indonesia. Semakin banyak semakin bagus. Saya menyambut sangat gembira sekali dia berhasil jadi hakim di New Orleans. Dengan begitu, kita (diaspora Indonesia) ikut berperan aktif dalam negara ini.”
“Saya ingin bantu orang yang suaranya tidak terdengar”
Ia mengaku bercita-cita jadi hakim sejak masuk fakultas hukum. Setelah menjadi pengacara yang banyak menangani perkara cedera akibat kecelakaan lalu lintas, Marissa yang bergelar Juris Doctor dari Loyola University di New Orleans ini punya cita-cita untuk menjadi hakim di pengadilan perdata kota New Orleans. “Misi saya untuk melayani masyarakat sebaik-baiknya,” tambahnya.
Sejak kecil Marissa mengaku diajari oleh opungnya untuk menghormati sesama, tanpa memandang agama, latar belakang atau tradisi yang dianut seseorang. Sementara orang tuanya mengajarinya untuk mengutamakan pendidikan, kerja keras dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. “Inilah bekal saya yang membawa saya sampai seperti ini. Saya ingin membantu orang yang suaranya tidak didengar,” jelas Marissa.
Ia sudah meraih cita-citanya itu. Kepada anak-anak muda yang ingin berhasil, ia berpesan “Percayalah pada mimpimu, dan kerja keras.” [dw/sy]
[ad_2]
Source link