[ad_1]
MultiNewsMagazine.com – Sebagaimana diketahui secara umum bahwa telah kita ketahui marhaen merupakan seorang yang tertindas akan sistem atau kapitalis yg ter program secara terstruktur dan sistematis sehingga menyebabkan sistem berjalan secara masif. Dalam hal tersebut, bahwa tentunya seorang marhaenis wajib ain dalam membela kaum tertindas.
Pandangan tersebut disampaikan dalam diskusi yang digelar oleh Dewan Pengurus Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Hang Tuah, pada tanggal 5 September 2021 yang bertajuk “Antara Aku dan Marhaen”.
Berkaca kepada kasus desa wadas, kabupaten purworejo, provinsi jawa tengah yg dimana desa tersebut terpilih oleh para pemilik modal untuk dijadikan sebagai wilayah tambang batu andesit, dan pastinya akan sangat merugikan penduduk lokal sekitar.

DPK GMNI HangTuah Gelar Diskusi Bertajuk “Antara Aku dan Marhaen” pada 5 September 2021″
Diketahui bahwa Kerugian yang di alami oleh warga setempat yaitu terancamnya keberadaan 27 sumber mata air yang berpotensi merusak lahan pertanian warga, sehingga pada akhirnya mata pencahrian warga juga akan hilang, yang paling fatal akan terjadi krisis kelaparan di masyarakat desa Wadas.
Sebagai kader GmnI yang marhaenis, membela dan mendukung bentuk pergerakan yg akhir-akhir Ini menjadi sorotan dimata publik, gerakan tersebut yaitu gerakan mural untuk mendukung masyarakat desa wadas dan 7 dusun yang masuk dalam wilayah tambang batu andesit. Gerakan mural tersebut di lakukan pada tembok kosong yang disediakan untuk digambari oleh para muralis handal dari kota DIY dan Jateng dalam.
Hal ini dilakukan dilakuka sebagai bentuk protes kepada pemerintah, agar pemerintah mau mempertimbangkan bahkan mungkin harus menolak tegas pendirian tambang batu Andesit tersebut.
Maka dengan ini kami dari DPK GmnI Hang Tuah Surabaya sangat mendukung gerakan tersebut sampai rakyat MENANG agar bisa menjaga alam dan warisan leluhur yang ada di desa Wadas.
[ad_2]
Source link